Rabu, 14 Mei 2014

Analisis Kasus : Misteri Tenggelamnya Kapal Titanic


Titanic sudah menjadi legenda. Apa pun yang berkaitan dengan kapal yang karam pada 15 April 1912 itu selalu membuat orang penasaran. Sudah satu dekade lebih studi metalurgi atas badan kapal Titanic berkesimpulan, rendahnya standar paku sumbat atau keling pada lempengan logam yang menempel di rangka adalah biangnya. Hal ini menyebabkan lapisan bagian dalam kapal mudah lepas oleh desakan air laut yang dingin. Lebih dari 1.500 orang tewas karena tragedi itu.

Kini bukti yang memperkuat argumen itu bertambah. Seperti ditulis International Herald Tribune, Rabu pekan lalu, ada beberapa hal yang patut didengar publik. Pertama, soal temuan tim ilmuwan yang melakukan penyelidikan di dasar laut tempat Titanic terkubur. Kedua, menyangkut ditemukannya arsip di gudang pembuat kapal tersebut. Dua fakta baru itu, bagi para sejarawan, menyudahi teka-teki penyebab tenggelamnya Titanic.

Para ilmuwan menemukan fakta, ternyata pembuat kapal, Harland & Wolff di Belfast, Irlandia, berjuang selama bertahun-tahun untuk mendapatkan pemasok keling dan ahli keling yang cukup memadai. Maklum, pada waktu itu, Harland & Wolff tengah mengejar target penyelesaian tiga kapal terbesar di dunia, yakni: Titanic, serta saudaranya: Olympic dan Britannic. Tiap-tiap kapal membutuhkan tiga juta paku sumbat. Puncak kekurangan terjadi justru ketika Titanic dibuat.

"Dewan perusahaan berada pada krisis cara," kata Jennifer Hooper McCarty, seorang anggota yang mempelajari dokumen perusahaan dan bukti-bukti yang lain. "Terdapat tekanan secara terus-menerus. Pada setiap pertemuan, hal itu muncul, Ada masalah dengan paku sumbat, dan kami ingin merekrut lebih banyak karyawan." Tim ilmuwan juga mengumpulkan petunjuk lain dari 48 paku sumbat Titanic melalui tes modern, simulasi komputer, perbandingan dengan logam abad lalu, dan dokumen penting dari apa yang menurut insinyur dan pembuat kapal pikirkan pada zaman itu soal sebuah karya hebat.

Para ilmuwan menyatakan, masalah muncul ketika rencana kolosal memaksa Harland & Wolff kesulitan memperoleh pemasok paku sumbat besi dan hanya mendapatkan tempat menempa atau pandai besi yang kecil. Hal itu tampak dari terbukanya naskah yang ada pada perusahaan dan Pemerintah Inggris. Pandai besi yang kecil memiliki kecenderungan kurang ahli dan kurang berpengalaman dalam tugas-tugas besar.

Karena tekanan tersebut, perusahaan membeli paku sumbat untuk Titanic dengan memesan potongan No. 3, yang dikenal dengan sebutan "best", bukan No. 4 yang disebut "best-best". Demikian temuan para ilmuwan. Di samping itu, mereka juga menemukan bahwa pembuat kapal menggunakan besi khusus No. 4 untuk jangkar, rantai, dan paku sumbat. Selain itu, ditemukan bukti bahwa kapal yang namanya identik dengan kemewahan itu ternyata bergantung pada material yang murah.

Ilmuwan yang mempelajari 48 paku sumbat Titanic menemukan sejumlah lubang dengan konsentrasi tinggi. Paku sumbat itu ditemukan para penyelam lebih dari dua dekade lalu dari peristirahatan abadi Titanic, tiga kilometer di bawah laut Atlantik Utara. "Sejumlah material yang dibeli perusahaan bukan merupakan paku sumbat yang berkualitas," kata Timothy Foecke dari National Institute of Standards and Technology, sebuah agen federal di Gaithersburg, Maryland.

Soal kekurangan pasokan tukang pandai besi yang berpengalaman yang dihadapi Harland & Wolff itu, McCarty mengatakan bahwa selama setengah tahun, dari akhir 1911 sampai April 1912, ketika Titanic masih dirakit, dewan perusahaan mengungkapkan kekurangannya setiap kali diadakan pertemuan. Pada 28 Oktober 1911, William Pirrie, pemimpin perusahaan, mengungkapkan perhatiannya atas kekurangan tukang pandai besi dan meminta rekrutmen untuk penambahan.

Dalam penelitiannya, para ilmuwan menemukan, untuk pengelingan yang bagus, dibutuhkan orang yang benar-benar ahli. Besi harus dipanaskan sampai berwarna merah cherry dan ditempa dengan kombinasi pukulan besi hingga meleleh. Pekerjaan yang tanggung dapat menimbulkan masalah. "Mengeling dengan manual begitu rumit," kata McCarty, yang mengambil tesis doktoral pada Johns Hopkins University di Baltimore dengan topik analisis paku sumbat Titanic.

Baja menjadi isyarat solusi. Karena itu, pembuat kapal mengganti paku sumbat besi dengan paku sumbat baja yang lebih kuat. Pemasangan berikutnya menggunakan mesin. Cara ini menghilangkan masalah tenaga kerja yang tidak ahli. Rival Harland & Wolff, Cunard, menggantinya dengan paku sumbat baja, beberapa tahun sebelumnya. Hal itu diterapkan pada Lusitania, kapal Inggris yang ditorpedo di pantai barat Irlandia oleh kapal Jerman selama Perang Dunia I.

Para ilmuwan menemukan, Harland & Wolff juga menggunakan paku sumbat baja, tapi hanya pada lambung tengah Titanic. Hal itu dipilih karena diduga tekanan di daerah tersebut lebih besar. Paku sumbat besi dipakai untuk bagian buritan dan haluan kapal. Ternyata haluan kapal mengalami nasib buruk. Kajian terhadap rongsokan kapal memperlihatkan, ada lima robekan pada pelat haluan kapal.

Para ilmuwan berpendapat, paku sumbat yang lebih baik kemungkinan akan menjaga Titanic tetap terapung cukup lama sampai tim penyelamat datang, sebelum air es masuk. Dengan demikian, ratusan penumpang kemungkinan masih bisa diselamatkan.
Sumber : http://gatra.com/artikel.php?id=114342

Ulasan lain dari National Geographic.
Dalam tayangan di ANTV beberapa waktu lalu, National Geographic mencoba mengulas bahwa Titanic memang tenggelam karena paku sumbat. Penelitian hampir 1 abad memang memunculkan bermacam-macam interpretasi dan dugaan. Akan tetapi Titanic juga tenggelam dan memakan banyak koraban juga karena banyak faktor. Sejak berangkat baru setengah jalan Titanic sudah mengalami mati pada salah satu mesin batu bara. Akan tetapi kapal masih bisa melaju sampai 25 knot. Diperkirakan setelah menabrak gunung es, mesin batu bara meledak dan membuat sekat penghubung pecah. Akan tetapi hal ini dibantah karena letak mesin yang meledak dan pecahnya sekat masih berada di 4 ruang kedap air bagian bawah.
Dugaan kedua adalah kualitas baja lempengan yang dipakai. Tetapi hal ini juga dibantah bahwa kualitas baja pada Titanic adalah kualitas terbaik pada waktu itu.
Akhirnya seorang peneliti kecelakaan yang berpengalaman menemukan bukti bahwa Titanic pada awal pembuatannya mempunyai kendala pada pemasangan paku sumbat. Disini disebutkan bahwa mesin pemasang paku sumbat tidak bisa melakukan tugas karena anjungan kapal tidak pas untuk Titanic yang terlalu besar. akhirnya barulah dipakai pakai sumbat secar manual.
Uji logam memperlihatkan bahwa paku sumbat Titanic sebenarnya memang terbuat dari baja dengan campuran besi. Peneliti mencoba membuat experimen dengan membuat paku sumbat serupa kemudian melakukan percobaan kekuatan daya tekan terhadap paku sumbat tersebut.
Hasilnya Mengejutkan...!!!
Dugaan bahwa Titanic sudah melakukan tindakan menghindar ke kiri 450 meter sebelum gunung es, dengan kecepatan 25 knot akan menyebabkan gaya tekan senilai 14.000 Psi pada paku sumbat. Namun ketika diuji baru 9000 Psi paku sumbat yang dipakai oleh peneliti telah mengalami patah. Hal yang mengagetkan lagi bahwa setelah dilakukan uji elektron rongga yang terbentuk didalam paku yang mengakibatkan pecahnya tersebut lebih besar di paku bekas bangkai Titanic. Jadi dapat disimpulkan bahwa memang paku sumbatlah penyebab utama mengapa air menjadi lebih cepat masuk ke dalam kapal, sehingga kapal hanya memiliki waktu sekitar 2 jam melakukan evakuasi.
Selain itu penyebab utama mengapa banyak korban adalah :
1. Tidak adanya kapal penyelamat yang memadai.
Jumlah kapal penyelamat yang ada hanya sekitar 20 kapal yang hanya dapat memuat 750 jiwa.
2. Adanya kapal dalam jarak 16 km (California) yang tidak dapat menyelamatkan karena operator radionya telah tidur dan tidak mengetahui adanya pesan SOS yang masuk dari Titanic.
Untuk kasus ini, ternyata adanya salah faham antara operator rasio California dan Titanic. Sebenarnya California telah melakukan peringatan 2 jam sebelum kecelakaan. Namun karena operator radio Titanic sedang melakukan kontak dengan pelabuhan maka dia memaki-maki operator radio California karena mengganggu frekuensinya. Para ahli memperkirakan karena dekatnya jarak antara California dan Titanic menyebabkan kode yang terdengar sangat keras dan mengganggu pendengaran operator radio Titanic.
Kesalahan dari California adalah tidak menyebutkan penanda MSG (Messages) pada awal berita, sehingga Titanic tidak memperdulikannya. Hal yang makin fatal adanya komunikasi tersebut tidak dilaporkan ke Nahkoda Titanic. Setelah tidak dipedulikan, operator The California langsung tidur dan tidak tahu ada Titianic yang meminta bantuan.

0 komentar:

Posting Komentar